Cerita Sex | Nikmatnya Ngentot Sama Om Kontol Besar - Aku sudah tidak berhubungan dengan oom Edo, memang setelah ngentot dengan si oom, beberapa kali si oom mengajakku untuk nginep di apartmentnya, sendiri tanpa teman, sehingga aku lemes banget melayani napsu si oom yang kayanya gak pernah puas, tapi rasanya nikmat sekali ketaku kontol yang besar, panjang dan sangat keras itu akhirnya mengecretkan pejunya di memekku dengan semburan yang keras dan banyak. Mana si oom, gak puas cuma seronde lagi, sehingga aku harus melayani napsunya sendirian beberapa ronde. Kata Winda, dia juga pernah diajak si oom ke apartmentnya sendirian. Sama seperti aku, Winda pun lemes banget dientot si oom beberapa ronde. Cowokku ketaku tau aku dientot si oom, marah dan memutuskan hubungannya dengan aku, jadilah aku kesepian. Makanya ketaku melihat tetangga baruku yang macho itu, napsuku tanpa sadar bangkit lagi.
Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Dia mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Dia tersenyum, dan menyapaku : “Tinggal disebelah ya, kok sendirian, rajin banget olahraga, pantes badannya kenceng dan montok”. Memang aku juga memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan yang ketat sehingga bodiku tercetak dengan jelas. Matanya jelalatan memandangi bodiku dari atas sampe ke bawah. “Bapak suka kan sama yang montok”, jawabku menggodanya. “Suka banget, kamu tinggak disebelah sendirian ya, sama dong dengan saya, saya Dio”, katanya memperkenalkan diri. “Saya Ines, pak”, jawabku. Dia meremas tanganku ketaku berjabat tangan. “Kok sendirian pak”, tanyaku lagi. “Jangan panggil pak, oom saja. Saya sudah cerai dan anak saya ikut ibunya”, jawabnya lagi. “Mampir yuk ke rumah saya, bisa ngopi. Disini kan banyak nyamuk”, ajaknya. Bagai tersihir, aku ikut saja ketaku dia menggandeng tanganku masuk kerumahnya. Dia membuat kopi 2 cangkir dan satu diberakunnya ke aku. “Mau pake susu?” tanyanya. “Gak usah oom, kan udah ada creamernya”, jawabku. “Iya ya, sudah punya kok ya, besar - kenceng lagi”, godanya. Aku hanya tersipu mendengar guyonannya yang mulai mengarah. Kami ngobrol ngalor ngidul, dia mengarahkan pembicaraan kearah ngentot. Aku bercerita terus terang tentang pengalamanku dalam soal itu. “Boleh dong, kamu nemenin saya kalo malem, daripada masing2 sendirian di rumah”, tawaran yang merangsang napsuku kembali. Aku terdiam. “Kok diem, diem itu artinya mau lo”, godanya terus. Karena sudah terang, aku pamit kembali ke rumah untuk mengerjakan pembersihan rumah. “Nanti malem ya”, katanya sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum. “Boleh gak tau no HP nya”, yanyanya lagi. “Supaya gampang kalo mau janjian”. Aku memberakun no HP ku dan kembali kerumahku.
Hari itu berjalan sangat lambat rasanya, aku sudah gak sabar menanti datangnya malam, aku mau tau apakah dia akan mengundangku ke rumahnya atau tidak. Aku membayangkan apa yang akan dilakukannya terhadapku, kalo nanti malam aku kerumahnya. Itu membuat napsuku berkobar2 dengan sendirinya. Hal itu membuat aku tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan tugas yang diberakun kepadaku oleh yang bekerja di rumah itu. Akhirnya saatnya tiba, malam sudah agak larut ketaku HP ku berdering, ada sms dari dia yang mengajak aku ke rumahnya. SMS kubales bahwa aku beberes dulu sebelum ke rumahnya. Aku hanya mengenakan daster yang tipis kerumahnya, dia sudah membuka pintu pager dan menungguku dikegelapan karena lampu depan rumahnya sengaja tidak dinyalakannya. “Masuk yuk”, katanya sambil mengunci pintu pager. Aku digandengnya masuk kerumahnya. Dia cuma mengenakan baju mandi. Makan malem yang dibelinya direstoran sudah disiapkan di meja makan. Aku diajak makan sambil ngobrol. Selesai makan aku mencuci peralatan makan, sedangkan dia menungguku disofa di depan TV. Aku duduk disebelahnya, langsung tangannya memeluk pundakku. Karena dasterku tipis, maka bra dan CDku berbayang. Dia mulai merayuku “Kamu seksi sekali Nes, toket kamu besar, pantat kamu juga padet. Apalagi bulu tangan kamu panjang2, pasti jembut kamu juga lebat kan”, katanya sambil mengelus tanganku. Tangan lainnya mulai mengelus2 pundakku. “Emangnya kalo jembutnya lebat kenapa oom”, tanyaku pura2 gak ngerti. “Cewek yang jembutnya lebat, napsunya besar, kalo dientot gak puas kalo cuma seronde, mesti berkali2 baru puas, iya kan”, jawabnya.
Aku tidak menjawab, kepalaku kusenderkan dipundaknya. Dasterku yang tipis tersingkap sehingga betis dan pahaku terbuka, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tau. “Nes kakimu mulus sekali ya”, katanya. “Ah.. Oom bisa aja,” balasku sekenanya. Kurasakan tangannya mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, napsuku makin lama makin berkobar. “Nes, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat memekku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya dia tidak
mengenakan CD sehingga kontolnyanya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat kontol besar dan panjang yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan napsuku. Dia membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh napsu. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kontolnya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke toketku. Dia meremas toketku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya
sudah menyelusup ke balik daster dan braku, remasan jarinya sangat ahli, kadang pentilku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.Nafasku makin memburu ketaku dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, dia tersenyum dibelainya wajahku. “Nes kamu cantik” dia memujaku. “Bagaimana Nes? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak menjawab.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti daster dan bra ku, aku tinggal mengenakan CD, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, kontolnya panjang dan besar berdiri tegak.
Diangkatnya pantatku dilepaskannya CDku yang telah basah sejak tadi. “Wow, lebat banget jembutmu, basah lagi, kamu pasti sudah napsu banget ya Nes”, katanya tersenyum. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat memekku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, itilku terasa sudah membesar dan memerah, memekku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi setiap barang yang akan masuk.
Dia membungkuk, menyingkirkan jembutku dan mulai menjilat bagian kiri dan kanan memekku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah itilku, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Beberapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas itilku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba dia melakukan sedotan kecil di itilku, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, gerakanku makin tak terkendali, “Oom… aduh.. Oom… Ines mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk nyampe, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari memekku. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kontolnya kemulutku. ” Gantian ya Nes.. aku ingin kamu ngisep kontolku.” Kutangkap
kontolnya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Dia sudah terlentang disofa dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kontolnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Napsuku sudah sampai puncak. Kutelusuri kontolnya dengan lidahku dari pangkal sampai ke kepalanya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Nes…” dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kontolnya kuelus dengan jariku. Suara desahannya membuatku tidak tahan menahan napsuku. Kusudahi permainan di kontolnya, aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kontolnya persis di depan memekku. “Oom, Ines masukin ya, Ines pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. Kupegang kontolnya, kutempelkan pada bibir memekku, kusapu-sapukan sebentar di itilku dan kepala kontolnya kumasukan ke memekku, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak bergerak, tanganku masih memegangi kontolnya, ujung kontolnya masih menancap dalam memekku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam memekku.Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kontolnya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan itilku. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh kontolnya sudah melesak dalam memekku. Kukocokkan kontolnya naik-turun, kujepit kontolnya dengan otot dalam, kusedot ke dalam, kulepas kembali berulang-ulang. “Oh.. Nes kau hebat, jepitanmu nikmat sekali”, dia mendesis-desis, toketku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih. Dia mengocokkan kontolnya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga kontolnya masuk semua ke memekku. Luar biasa nikmatnya. Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, toketku menempel didadanya, perutku merekat pada perutnya. Kudekap dia erat-erat. Tangan kirinya mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap pantatku.. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan kontol besarnya meyodok-nyodok dari bawah.
Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. Kutekan memekku ke kontolnya, kedutannya keras sekali, nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam memek terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku. Beberapa menit aku terdiam di atasnya, dan kontolnya masih menyesaki memekku. Kurasai memekku masih berkedut dan makin lemah. Disentuh bibirku dengan bibirnya. Aku tidak menyia-nyiakannya. Dengan cekatan pula kujulurkan lidah kecilku untuk dinikmati dan kami saling berpagutan ketat. Kuhisap mulutnya dia juga membalas tangkas sampai aku hampir kehabisan nafas. “Oom, nikmat banget deh kontol oom, besar, panjang, keras lagi, memek Ines sampe sesek rasanya”, kataku setelah dia menyudahi ciumannya. “Aku belum ngecret Nes”, jawabnya. Kemudian dia meremas2 toketku. Pentilku tak luput dari jarinya dan kurasakan pentilku mulai mengeras lagi. “Oom, enjot lagi dong”. Dia membalikkan posisi sehingga dia sekarang diatas. Perlahan dia menggerakkan pantatnya kebelakang dan kedepan, aku mulai kegelian dan nikmat. Kubantu dengan ikut menggerakkan pantatku berputar, Dia mengerang menahan laju perputaran pantatku, rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi tapi dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi gerakanku berulang dan kurasakan bijinya menyentuh pantatku, licin dan geli. Rupanya dia termasuk kuat juga berkali-kali kontolnya mengocek memekku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang. Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi, kakiku mengamit pinggangnya dia semakin tidak leluasa untuk bergerak sehingga aku bisa mengaturnya, tetapi dia belum ngecret juga. Memekku berbunyi kecepek2 saat kontolnya mengucek habis didalamnya aku kegelian hebat, tiba-tiba aku merasakan getaran hebat dalam tubuhku, Aku mengerang, aku menyerah aku tidak dapat menahan segala kenikmatan ini, “Terus.oom…Ines mau nyampe lagi” ucapku, gerakanku semakin kencang dan toketku bergoncang membuat dia tambah bernafsu mengentotiku. Pinggulku terangkat saat merasakan puncaknya, memekku terasa becek sekali,nafasku tersengal-sengal, badanku terasa lemas. Belum lagi reda rasa nikmatku dia manarik kontolnya keluar dari memekku. Melihat kontolnya yang besar itu membuat napsuku bangkit kembali lalu dengan reflek kugenggam dan dengan lincah kumasukkan kepalanya kedalam mulutku, kukocok lagi, sambil kuhisap kuat-kuat dan dengan cepat mulutku maju mundur untuk mencoba merangsang agar pejunya cepat ngecret. Mulutku mulai payah tapi peju yang kuharapkan tak juga keluar. Aku tersentak merasakan dia menarik kontolnya agak keras menjauh dari mulutku dan dengan sigap dibukanya memekku dengan tangan kiri dan tangan kanan menuntun kontolnya yang gede menuju memmekku. Didorongnya perlahan, dia melihatku sambil tersenyum dan bleeesssss, digenjotnya kuat pantatnya kedepan hingga kontolnya kembali menghunjam semuanya kedalam memekku. Aku menjerit. Aku berusaha mengejan sehingga kontolnya merasa kupijit pijit. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan keras dan cepat. Tidak lama kemudian dipeluknya tubuhku sambil mengerang. “Nes, .. aku mau ngecret”. “Keluarin aja oom didalem” pintaku agar kenikmatan yang kurasakan bertambah dan akhirnya pejunya menyemprot didalem memekku, kurasakan ada semburan hangat dimemekku. Dia memelukku erat demikian pula aku. Dia tersenyum puas. “Nes, . Tak pernah aku merasakan memek kecil seperti punyamu ini, enak banget memijit kontolku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Nes”. Dia memelukku lama sekali sambil beristirahat, terus dia mengajakku ke kamarnya. “Terusin diranjang ya Nes”, katanya sambil mencabut kontolnya dari memekku. Lemes saja kontolnya sudah besar, gak heran kalo ngaceng menjadi besar banget dan panjang lagi. Dia masuk ke kamar mandi, sedang aku tergolek diranjangnya.
Keluar dari kamar mandi, dia berbaring disebelahku. Kembali dia mengulum bibirku kuat- kuat.
Kupegang kontolnya sambil kukocok pelan2. Gak lama kemudian, kontolnya mulai mengeras lagi. Luar biasa orang ini, baru ngecret sudah bisa ngaceng lagi. Aku jilati kontolnya lagi, dia mulai menggelinjang dan melenguh. Mulai dari ujung kugerakkan masuk dan keluar dengan mulutku dia semakin tidak karuan juga geraknya. Semakin cepat dan semakin cepat. Kuhisap semakin kuat dan kuat, dia pun semakin keras erangannya. Dia mulai mengelus memekku sehingga mulai basah kembali. Mulutku masih penuh kontolnya dengan gerakan keluar masuk. Sesekali diremasnya toketku saat dia merasa geli yang hebat. Kulepas mulutku dan kukocok kontolnya naik turun. Kuhisap lagi berulang-ulang. Aku terus berusaha, mulutku mulai payah, kugoyang-goyang bijinya, dia kegelian dan mengucek memekku dalam dalam. “ahh…oom, geli”, kataku sambil melepaskan kontolnya dari mulutku. Kelihatannya dia sudah pengen mengentoti aku lagi. Dimainkan pentilku, aku mendesah keenakan, setiap ciuman ditubuhku membuatku geli dan membuat napsuku kembali meningkat. Kurasakan jarinya bergerak makin liar di dalam memekku, membuatku juga semakin liar, desahan dan eranganku makin keras. Pantatku sedikit-sedikit terangkat karena jarinya, sedangkan toketku sedang di lahapnya, dicium, di jilat, dan dikulum pentilnya, ah nikmat sekali rasanya, beberapa kali dia mengecup daerah sekitar dada dan leherku, “Oom, Ines udah nggak tahan nih”, erangku pengen segera dientot. “Nes, sekal sekali pantatmu.” katanya sambil meremas pantatku. Aku tersenyum “suka kan,…?” aku menggerakkan pantatku seperti meledeknya agar dia lebih bernafsu, lalu dia menindihku, kurasakan sedikit demi sedikit kontolnya masuk kememekku. “Oom, besar sekali”, aku menyukainya, kontolnya yang besar dapat membuatku terlena, “ah enak banget oom”. Dia terus menggoyangkan pantatnya dan aku berusaha menandingi gerakannya, tetapi aku merasa kewalahan. Satu tangannya meremas toketku, membuat nafsuku terus memuncak hingga ke ubun-ubun. “Enak oom terus oom” kurasakan aku hampir nyampe, aku tidak bisa menahan lagi, pantatku makin naik, “oom…aku nggak tahan ahhhh” aku mendesis seiring dengan gerakanku yang melemah, aku lemas sekali rasanya tulangku hampir lepas, akan tetapi segalanya bercampur rasa nikmat. “Kenapa capek yah?” aku mengangguk, nafasku terengah-engah dadaku turun naik. “tapi aku belum ngecret, sebentar lagi yah”, perlahan tapi pasti kontolnya kembali disodok2an kedalam memekku. Goyanganku makin liar membuat dia juga mendesah-desah keenakan. Kedua tangannya meremas-remas kedua toketku, napsuku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau nyampe lagi, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kontolnya menghujam makin dalam dan memekku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku terdengar, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya. Aku hanya bisa pasrah saja ditindihnya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding memekku. Toketku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua pahaku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. Aku kembali nyampe. Memekku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera ngecret, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang nyampe. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan kontolnya. Tanpa melepas kontolnya, dia bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok memekku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap.”Aku udah mau ngecret Nes” desahnya dengan mempercepat enjotannya. Enjotannya makin cepat sampai akhirnya dia mengerang keras dan pejunya menyemprot deras didalam memekku. “Oom enak benget deh”, kataku lemes. “Iya Nes, aku juga nikmat banget ngecret dimemek kamu”, jawabnya. “Kamu tidur disini aja ya Nes, besok kita main lagi, aku pengen ngecret di memek kamu lagi”. “Iya oom, besok kan minggu, jadi Ines bisa ngentot sama oom terus”, jawabku. Dia mencabut kontolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian aku tertidur kecapaian.