
Malam telah larut dimana jarum jam menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi menyelimuti sebuah kost-kostan yang terletak beberapa kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Kost-kostan tersebut lokasinya agak jauh dari keramaian sehingga menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-kostan yang memiliki jumlah kamar mencapai 30 kamar itu terasa sepi karena memang baru saja dibuka untuk disewakan,hanya beberapa kamar saja yang sudah ditempati, sehingga suasananya dikala siang atau malam cukup lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras, akan tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah satu kamar dikost-kostan itu.
 Seiring dengan turunnya air hujan,air mata Dinda juga mulai turun  berlinang disaat lelaki itu mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak  berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki itu,  rasa keputus asaan dan takut datang menyelimuti dirinya. Beberapa menit  yang lalu secara tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang lelaki  disaat dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya dari sebuah tugas  penerbangan. Kedua tangannya langsung diikat kebelakang dengan seutas  tali,mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu tubuhnya dicampakkan  oleh lelaki itu keatas tempat tidurnya.
Seiring dengan turunnya air hujan,air mata Dinda juga mulai turun  berlinang disaat lelaki itu mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak  berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki itu,  rasa keputus asaan dan takut datang menyelimuti dirinya. Beberapa menit  yang lalu secara tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang lelaki  disaat dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya dari sebuah tugas  penerbangan. Kedua tangannya langsung diikat kebelakang dengan seutas  tali,mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu tubuhnya dicampakkan  oleh lelaki itu keatas tempat tidurnya.Ingin rasanya dia berteriak meminta pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi kendaraan antar jemput yang tadi mengantarkannya sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan kost-kostan ini, padahal didalam kendaraan tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan. Dinda Fitria Septiani adalah seorang Pramugari pada sebuah penerbangan swasta, usianya baru menginjak 19 tahun wajahnya cantik imut-imut, postur tubuhnya tinggi dan langsing proporsional.
Dengan dianugerahi penampilan yang cantik ini sangat memudahkan baginya  untuk diterima bekerja sebagai seorang pramugari. Demikian pula dengan  karirnya dalam waktu yang singkat karena kecantikannya itulah dia telah  menjadi sosok primadona di perusahaan penerbangan itu. Banyak lelaki  yang berusaha merebut hatinya, baik itu sesama karyawan ditempatnya  bekerja atau kawan-kawan lainya. Namun karena alasan masih ingin  berkarir maka dengan secara halus maksud-maksud dari para lelaki itu  ditolaknya. Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas sikap dari  Dinda itu.
Paul adalah salah satu dari orang yang tidak bisa menerima sikap Dinda terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan seorang temannya telah melakukan seuatu perhitungan terhadap Dinda. Rencana busuk dilakukannya terhadap Dinda.
Malam ini mereka telah menyergap Dinda dikamar kostnya. Paul adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi Paul bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan baik karena kedudukannya bukanlah seorang karyawan penerbangan ditempatnya bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah seorang tukang batu yang bekerja dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Paul yang berusia setengah abad lebih dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih sering menghalalkan segala cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah dia bukan seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan perbuatannyapun cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang bertabiat kasar. “Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya kepada Dinda yang tengah tergolek dikasurnya.”Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya. Sejak perjumpaannya pertama dengan Dinda beberapa bulan yang lalu, Paul langsung jatuh hati kepada Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan bidadari yang turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam lamunnanya.
Paul adalah salah satu dari orang yang tidak bisa menerima sikap Dinda terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan seorang temannya telah melakukan seuatu perhitungan terhadap Dinda. Rencana busuk dilakukannya terhadap Dinda.
Malam ini mereka telah menyergap Dinda dikamar kostnya. Paul adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi Paul bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan baik karena kedudukannya bukanlah seorang karyawan penerbangan ditempatnya bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah seorang tukang batu yang bekerja dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Paul yang berusia setengah abad lebih dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih sering menghalalkan segala cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah dia bukan seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan perbuatannyapun cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang bertabiat kasar. “Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya kepada Dinda yang tengah tergolek dikasurnya.”Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya. Sejak perjumpaannya pertama dengan Dinda beberapa bulan yang lalu, Paul langsung jatuh hati kepada Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan bidadari yang turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam lamunnanya.

Diapun berniat untuk menjadikannya sebagai istri yang ke-4. Bak bukit  merindukan bulan, Paul tidak berdaya untuk mewujudkan impiannya itu.  Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3 kali perkawinan, berusia 51  tahun,lusuh dan miskin menghanyutkan impiannya untuk dapat mendekati  sang bidadari itu. Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang sangat  menyakitkan hatinya terkait dengan Dinda sang bidadari bayangannya itu.  Sering tegur sapanya diacuhkan oleh Dinda,tatapan mata Dindapun selalu  sinis terhadap dirinya.
Lama kelamaan didalam diri Paul tumbuh subur rasa benci terhadap Dinda, penilaian terhadapnyapun berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun gairah nafsu sex terhadap Dinda tetap bersemi didalam dirinya tumbuh subur menghantui dirinya selama ini.
Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini Paul melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya untuk memberi pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini mulai tumbuh secara subur didalam dirinya. Kini sang bidadari itu telah tergeletak dihadapannya, air matanyapun telah membasahi wajahnya yang putih bersih itu. “Lihat aku, cewek bangsat…..!”, hardiknya seraya memegang kepala Dinda dan menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”, jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda pun melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan Paul seseorang yang dibencinya. Hatinyapun langsung ciut dan tergetar tatkala Paul yang berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan, “Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis cantik”.
Lama kelamaan didalam diri Paul tumbuh subur rasa benci terhadap Dinda, penilaian terhadapnyapun berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun gairah nafsu sex terhadap Dinda tetap bersemi didalam dirinya tumbuh subur menghantui dirinya selama ini.
Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini Paul melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya untuk memberi pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini mulai tumbuh secara subur didalam dirinya. Kini sang bidadari itu telah tergeletak dihadapannya, air matanyapun telah membasahi wajahnya yang putih bersih itu. “Lihat aku, cewek bangsat…..!”, hardiknya seraya memegang kepala Dinda dan menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”, jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda pun melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan Paul seseorang yang dibencinya. Hatinyapun langsung ciut dan tergetar tatkala Paul yang berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan, “Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis cantik”.

Keringatpun langsung mengucur deras membasahi tubuh Dinda, wajahnya  nampak tersirat rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan apa-apa  yang bakal terjadi terhadap dirinya. Disaat seperti inilah dia menyadari  betul akan ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam  hatinya, akan sikap- sikapnya yang tidak berhati-hati terhadap Paul.  Kini dihadapan Dinda, Paul mulai melepaskan baju kumalnya satu persatu  hingga akhirnya telanjang bulat. Walaupun telah berusia setengah abad  lebih, namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Paul memiliki  tubuh yang atletis, badannya hitam legam dan kekar,beberapa buah tatto  menghiasi dadanya yang bidang itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut  Dinda, disaat paul mulai mendekat ketubuhnya. Tangan kanannya memegang  batang kemaluannya yang telah tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah  Dinda. Melihat ini Dinda berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan  kiri Paul secepat kilat mencengkram erat kepala Dinda dan mengalihkannya  lagi persis menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu  dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah Dinda, dengan tubuh  yang bergetar Dinda hanya bisa memejamkan matanya dengan erat karena  merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu. Sementara kepala tidak  bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh tangan Paul.  “Ahhh….perkenalkan rudal gue ini sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus  mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah Dinda, memutar-mutar  dibagian pipi, dibagian mata, dahi dan hidungnya. Melalui batang  kemaluannya itu Paul tengah menikmati kehalusan wajah Dinda. “Hai cantik  !….sekarang sudah kenal kan dengan tongkol gue ini, seberapa mahal sih  wajah cantik elo itu hah ? sekarang kena deh ama tongkol gue ini….”,  sambungnya. Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong tubuh Dinda  hingga kembali terjatuh kekasurnya.

Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang tergolek tak berdaya ditempat  tidurnya itu. Baju seragam pramugarinya masih melekat rapi dibadannya.  Baju dalaman putih dengan dasi kupu-kupu berwarna biru ditutup oleh  blazer yang berwarna kuning tua serta rok pendeknya yang berwarna biru  seolah semakin membangkitkan birahi Paul, apalagi roknya agak tersingkap  hingga pahanya yang putih mulus itu terlihat. Rambutnya yang panjang  sebahu masih digelung sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak  jatuh disaat penyergapan lagi. “Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Dinda ingin  mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa perdulinya paling-paling cuma  permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa membuang waktu lagi kini  diputarnya tubuh Dinda menjadi tengkurap, kedua tangannya yang terikat  kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh  kasur.

Kedua tangan kasar Paul itu kini mengusap-usap bagian pantat Dinda,  dirasakan olehnya pantat Dinda yang sekal. Sesekali tangannya menyabet  bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang  nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali pantatmu…”, ujar Paul sambil terus  mengusap-usap dan memijit- mijit pantat Dinda. Dinda hanya diam pasrah,  sementara tangisannya terus terdengar. Tangisnya terdengar semakin  keras ketika tangan kanan Paul secara perlahan-lahan mengusap kaki Dinda  mulai dari betis naik terus kebagian paha dan akhirnya menyusup masuk  kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya. Sesampainya  dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Paul, yaitu jari tengahnya  menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya.  Kontan saja hal ini membuat badan Dinda agak menggeliat, dia mulai  sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Paul tadi langsung menusuk  lobang kemaluan Dinda. “Egghhmmmmm…….”,Dinda menjerit badannya mengejang  tatkala jari telunjuk Paul masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan  Dindapun langsung menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan, ketika  Paul memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Dinda. Dengan  tersenyum terus dikorek- koreknyalah lobang kemaluan Dinda, sementara  itu badan Dinda menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya  mengeluarkan rintihan- rintihan yang teredam oleh kain yang menyumpal  mulutnya itu “Ehhmmmppphhh….mmpphhhh….. “. Setelah beberapa menit  lamanya, kemaluan Dindapun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Paul  kemudian mencabut jarinya. Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya  terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan keatas hingga rok itu  melingkar dipinggulnya dan celana dalamnya yang berwarna putih itu  ditariknya hingga bagian bawah Dinda kini telanjang.

Terlihat oleh Paul, kemaluan Dinda yang indah, sedikit bulu-bulu tipis  yang tumbuh mengitari lobang kemaluannya yang telah membengkak itu.  Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki Dinda hingga mengangkang  setelah itu ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh ke bagian dada.  Wajah Dinda semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun  telah basah oleh keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Paul  bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Dinda. Dapatkan Cerita Dewasa  hanya di Idewasa.Blogspot.Com. “Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmm ppp…. ..”, Dinda  menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Paul mulai menanamkan  batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Dinda. Matanya terbelalak  menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara  Paul terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak  sulit selain Dinda masih perawan, usianyapun masih tergolong muda  sehingga kemaluannya masih sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat  tenaganya, Paul berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam  vagina Dinda. Tubuh Dinda berguncang-guncang disaat itu karena dia  menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu.  Diapun menyadari bahwa malam itu keperawanannya akhirnya terenggut oleh  Paul. “Ahh….kena kau sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan  perawan elo !”, bisiknya ketelinga Dinda. Hujanpun semakin deras, suara  guntur membahana memiawakkan telinga. Karena ingin mendengar suara  rintihan gadis yang telah ditaklukkannya itu,dibukannya kain yang sejak  tadi menyumpal mulut Dinda. “Oouuhhh…..baang….saakiitt …banngg….amp uunn  …”, rintih Dinda dengan suara yang megap- megap. Jelas Paul tidak  perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memopakan batang  kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Dinda.  “Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh ….ooohhhggh… .”, Dinda merintih-rintih,  disaat tubuhnya digenjot oleh Paul, badannyapun semakin  menggeliat-geliat. Tidak disadarinya justru badannya yang  menggeliat-geliat itu malah memancing nafsu Paul, karena dengan begitu  otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut mengurut-urut batang  kemaluan Paul yang tertanam didalamnya, karenanya Paul merasa semakin  nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga  Paul terus menggenjot tubuh Dinda, Dindapun nampak semakin kepayahan  karena sekian lamanya Paul menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya  seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai  setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat,  sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan  lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…” . Dan akhirnya Paulpun berejakulasi di  lobang kemaluan Dinda, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar  biasa banyaknya memenuhi rahim Dinda. “A..aakkhhh…..”, sambil mengejan  Paul melolong panjang bak srigala, tubuhnya mengeras dengan kepala  menengadah keatas. Puas sudah dia menyetubuhi Dinda, rasa puasnya  berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam  seksnya, puas dalam menaklukan Dinda, puas dalam merobek keperawanan  Dinda dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis 6cantik itu. Dinda  menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar  bahwa pasangannya telah berejakulasi karena disakannya ada cairan-cairan  hangat yang menyembur membanjiri vaginanya.

Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan  Dinda sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Dinda  yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah  lemah sekali. Dengan mendesah puas Paul merebahkan tubuhnya diatas tubuh  Dinda, kini kedua tubuh itu jatuh lunglai bagai tak bertulang. Tubuh  Paul nampak terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis dari  Dinda yang tubuhnya tertindih tubuh Paul. Setelah beberapa menit  membiarkan batang kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Dinda, kini  Paul mencabutnya seraya bangkit dari tubuh Dinda. Badannya berlutut  mengangkangi tubuh lunglai Dinda yang terlentang, kemaluannya yang  nampak sudah melemas itu kembali sedikit- demi sedikit menegang disaat  merapat kewajah Dinda. Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan  Paul sekonyong-konyong meraih kepala Dinda. Dinda yang masih  meringis-ringis dan menangis tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan  Paul. Terlebih-lebih melihat batang kemaluan Paul yang telah menegang  itu berkedudukan persis dihadapan wajahnya. Belum lagi sempat menjerit,  Paul sudah mencekoki mulutnya dengan batang kemaluannya. Walau Dinda  berusaha berontak namun akhirnya Paul berhasil menanamkan penisnya itu  kemulut Dinda. Nampak Dinda seperti akan muntah, karena mulutnya  merasakan batang kemaluan Paul yang masih basah oleh cairan sperma itu.
Setelah itu Paul kembali memopakan batang kemaluannya didalam rongga  mulut Dinda, wajah Dinda memerah jadinya, matanya melotot, sesekali dia  terbatuk-batuk dan akan muntah. Namun Paul dengan santainya terus  memompakan keluar masuk didalam mulut Dinda, sesekali juga dengan  gerakan memutar-mutar. “Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Paul merasakan  kembali kenikmatan di batang kemaluannya itu mengalir kesekujur  tubuhnya. Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang kemaluannya.  Dan akhirnya, “Oouuuuhhhh…Dinndaaaa…saya nggg… ..”, Paul mendesah  panjang ketika kembali batang kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut  Dinda. Dengan terbatuk-batuk Dinda menerimanya, walau sperma yang  dimuntahkan oleh Paul jumlahnya tidak banyak namun cukup memenuhi rongga  mulut Dinda hingga meluber membasahi pipinya. Setelah memuntahkan  spermanya Paul mencabut batang kemaluannya dari mulut Dinda, dan  Dindapun langsung muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak berusaha  untuk mengeluarkan cairan-cairan itu namun sebagian besar sperma Paul  tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya. Saat ini wajah Dinda sudah  acak- acakan akan tetapi kecantikannya masih terlihat, karena memang  kecantikan dirinya adalah kecantikan yang alami sehingga dalam kondisi  apapun selalu cantik adanya. Dengan wajah puas sambil menyadarkan  tubuhnya didinding kasur, Paulpun menyeringai melihat Dinda yang masih  terbatuk-batuk. Paul memutuskan untuk beristirahat sejenak, mengumpulkan  kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Dinda meringkuk dikasur sambil  terisak-isak. Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda telah  menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil santai Paulpun menyempatkan diri  mengorek-ngorek isi laci lemari Dinda yang terletak disamping tempat  tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Dinda, nampak  wajah-wajah cantik Dinda menghiasi isi album itu, Dinda yang anggun  dalam pakaian seragam pramugarinya,nampak cantik juga dengan baju  muslimnya lengkap dengan jilbab ketika foto bersama keluarganya saat  lebaran kemarin dikota asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik itu  tergolek lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang, kemaluannya  nampak membengkak. Selain itu, ditemukan pula beberapa lembar uang yang  berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas didalam laci itu, dengan  tersenyum Paul memasukkan itu semua kedalam kantung celana lusuhnya,  “Sambil menyelam minum air”,batinnya. Setelah setengah jam lamanya Paul  bersitirahat,kini dia bangkit mendekati tubuh Dinda. Diambilnya sebuah  gunting besar yang dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu dengan  gunting itu, dia melucuti baju seragam pramugari Dinda satu persatu.  Singkatnya kini tubuh Dinda telah telanjang bulat, rambutnyapun yang  hitam lurus dan panjang sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh  Paul sehingga menambah keindahan menghiasi punggung Dinda. Sejenak Paul  mengagumi keindahan tubuh Dinda, kulitnya putih bersih, pinggangnya  ramping, payudaranya yang tidak terlalu besar, kemaluannya yang walau  nampak bengkak namun masih terlihat indah menghias selangkangan Dinda.  Tubuh Dinda nampak penuh dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar  menantikan akan apa-apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Sementara  itu hujan diluar masih turun dengan derasnya, udara dingin mulai masuk  kedalam kamar yang tidak terlalu besar itu. Udara dingin itulah yang  kembali membangkitkan nafsu birahi Paul. Setelah hampir sejam lamanya  memberi istirahat kepada batang kemaluannya kini batang kemaluannya  kembali menegang. Dihampirinya tubuh telanjang Dinda, “Yaa…ampuunnn  bangg…udah dong….Dinda minta ampunn bangg…oohhh….”, Dinda nampak memelas  memohon-mohon kepada Paul. Paul hanya tersenyum saja mendengar itu  semua, dia mulai meraih badan Dinda. Kini dibaliknya tubuh telanjang  Dinda itu hingga dalam posisi tengkurap. Setelah itu ditariknya tubuh  itu hingga ditepi tempat tidur, sehingga kedua lutut Dinda menyentuh  lantai sementara dadanya masih menempel kasur dipinggiran tempat tidur,  Paulpun berada dibelakang Dinda dengan posisi menghadap punggung Dinda.  Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Dinda selebar bahu, dan….  “Aaaaaaaaakkkkhh………” , Dinda melolong panjang, badannya mengejang dan  terangkat dari tempat tidur disaat Paul menanamkan batang kemaluannya  didalam lobang anus Dinda.

Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan  agak susah payah kembali Paul berhasil menanamkan batang kemaluannya  didalam lobang anus Dinda. Setelah itu tubuh Dindapun kembali  disodok-sodok, kedua tangan Paul meraih payudara Dinda serta  meremas-remasnya. Setengah jam lamnya Paul menyodomi Dinda, waktu yang  lama bagi Dinda yang semakin tersiksa itu. “Eegghhh….aakkhhh….oohhh..  .”, dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok- sodok Dinda  merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh  kedua tangan Paul. Paul kembali merasakan akan mendapatkan klimaks,  dengan gerakan secepat kilat dicabutnya batang kemaluan itu dari lobang  anus Dinda dan dibaliklah tubuh Dinda itu hingga kini posisinya  terlentang. Secepat kilatpula dia yang kini berada diatas tubuh Dinda  menghujamkan batang kemaluannya kembali didalam vagina Dinda.  “Oouuffffhhh……”,Dinda merintih dikala paul menanamkan batang kemaluannya  itu. Tidak lama setelah Paul memompakan kemaluannya didalam liang  vagina Dinda “CCREETT….CCRROOOT…CROOTT. ..”, kembali penis Paul  memuntahkan sperma membasahi rongga vagina Dinda, dan Dindapun terjatuh  tak sadarkan diri. Fajar telah menjelang, Paul nampak meninggalkan kamar  kost Dinda dengan tersenyum penuh dengan kemenangan, sebatang rokok  menemaninya dalam perjalanannya kesebuah stasiun bus antar  kota,sementara itu sakunya penuh dengan lembaran uang dan perhiasan  emas. Entah apa yang akan terjadi dengan Dinda sang pramugari cantik  imut-imut itu, apakah dia masih menjual mahal dirinya. Entahlah, yang  jelas setelah dia berhasil menikmati gadis cantik itu, hal itu bukan  urusannya lagi.